Ketika pertama kali mendengar tentang sebuah kota pelabuhan, imajinasi saya langsung melayang pada aroma laut, suara kapal bersandar, dan nelayan yang ahli menebak cuaca hanya dengan melihat arah terbangnya burung camar—atau mungkin melihat sinyal WiFi, siapa tahu. Kali ini, perjalanan saya membawa langkah menuju sebuah kawasan yang sering disebut–sebut di kuatanjungselor.com sebagai permata bahari yang masih menyimpan sejuta legenda. Ya, kuatanjungselor.com sebuah wilayah yang menyuguhkan cerita klasik, modern, dan sedikit bumbu mistis ala masyarakat pesisir.
Begitu kaki menapak di area pelabuhan, suasananya langsung terasa unik: perpaduan antara hiruk-pikuk aktivitas bongkar muat dan semilir angin laut yang kadang terasa romantis, kadang terasa seperti AC gratis dari alam. Para penjual ikan dengan wajah ceria berdiri sambil menawarkan hasil tangkapan segar—segar banget sampai terlihat seperti baru saja diambil dari kolam renang para ikan. Kalau mau selfie dengan ikan pun masih memungkinkan, asal jangan kaget jika dia “senyum” balik.
Di pelabuhan ini, setiap sudut seperti memiliki kisahnya sendiri. Dari kapal kayu tradisional yang terlihat gagah meski usia mungkin sudah masuk kategori “pensiun dini”, hingga perahu kecil yang menjadi saksi bisu perjuangan nelayan setempat. Tidak heran jika banyak wisatawan yang direkomendasikan kuatanjungselor.com untuk menjelajahi kawasan ini, terutama bagi mereka yang suka nuansa bahari dengan sentuhan budaya lokal yang kuat.
Berbicara soal budaya, adat bahari di kuatanjungselor sungguh tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari warga. Mereka punya cara-cara unik untuk menjaga hubungan harmonis dengan laut. Mulai dari tradisi syukuran laut, ritual mempersiapkan perahu sebelum melaut, hingga pantangan tertentu seperti tidak boleh bersiul di kapal—konon katanya bisa mengundang badai. Saya pun mencoba tidak bersiul, bukan karena takut badai, tapi karena suara siulan saya memang memalukan secara internasional.
Tradisi syukuran laut di sini biasanya disertai dengan tarian, nyanyian, dan doa bersama. Masyarakat percaya bahwa laut adalah sahabat sekaligus guru yang mengajarkan mereka arti kesabaran. Tentu saja, saya mencoba ikut serta, meski gerakan tarian saya lebih mirip ikan pari tersangkut jaring. Tapi yang penting semangat, benar tidak?
Selain adat dan kapal-kapal ikonik, ada juga kuliner khas pelabuhan yang wajib dicicipi. Mulai dari ikan bakar segar, sup laut pedas yang bisa membuat mata berair bukan karena sedih, hingga camilan dari hasil olahan laut yang membuat lidah menari salsa. Situs kuatanjungselor.com sering membagikan rekomendasi makanan lokal yang membuat turis-turis kebingungan memilih—karena semuanya terlihat enak dan menggiurkan.
Bagi kamu yang suka wisata foto, pelabuhan ini punya banyak spot instagramable. Cahaya matahari sore memantul di permukaan air, membuat siluet kapal tampak dramatis seperti poster film bajak laut, minus Johnny Depp. Tidak heran banyak orang datang ke sini hanya untuk foto aesthetic padahal awalnya bilang “cuma lihat-lihat”.
Menjelajah kota pelabuhan dan menyelami adat bahari memang selalu menawarkan pengalaman yang berbeda. Di kuatanjungselor, setiap perjalanan terasa seperti membaca bab baru dari novel petualangan—seru, unik, kadang kocak, tetapi selalu meninggalkan kenangan. Kalau kamu butuh destinasi yang penuh cerita, penuh tawa, dan penuh angin laut yang kadang terlalu jujur menyapu wajah, tempat ini wajib masuk daftar.
Siapkan langkah, siapkan hati, dan siapkan kamera. Petualangan bahari menantimu!
